Habar Kon BMR – Dikisah kan oleh saksi hidup yang berperan
sebagai Soeharto ,Saat di Wawancarai
oleh sebuah Stasiun TV swasta (TV One ) Kemarin pagi di acara AKI (Apa Kabar
Indonesia) Pagi, sekitar jam 06.40 wib,yang
menghadirkan Dr. Amoroso Katamsi berperan
sebagai Soeharto dalam film
Pengkhianatan G30S/ PKI.pada saat Pak Amoroso Katamsi ditanya, umur berapakah
beliau ketika memerankan Soeharto. Dijawabnya ketika dimulai shooting tahun
1981 beliau berumur 43 tahun.
Lalu ditanya lagi umur berapa saat peristiwa G30S PKI
terjadi. Beliau menjawab spontan "umur 27 tahun". Ini artinya
sinkron, beliau lahir tahun 1938.
Menurutnya saat itu dia sudah mahasiswa hampir selesai,
tinggal menunggu pengambilan sumpah dokter saja.
Beliau lalu ditanya, apa yang di ingatnya seputar kejadian
tanggal 30 September 1965 dan
sesudahnya.
Pak Amoroso menjelaskan bahwa dia ingat betul saat itu di
pagi hari tanggal 1 Oktober 1965 sekitar jam 7 pagi, RRI menyiarkan pidato
Letkol Untung yang mengklaim bahwa ada gerakan 30 September serta pembentukan
Dewan Revolusi, kemudian
mendemisionerkan kabinet, dan lain-lain,” Pokoknya seperti yang ditulis dalam buku-buku
sejarah”, Baru pada sore/malam harinya, dari RRI ada pidato Pak Harto, Ucap pak amroso.
Ketika dikonfirmasi apakah cerita yang ada dalam film yang
dirinya ikut berperan didalamnya sesuai/sama atau tidak dengan kejadian
sebenarnya di saat itu, tegas dr. Amoroso Katamsi menjawab "SAMA! Sama
dengan yang saya tahu".
Apalagi beliau saat itu adalah yang berhadapan dengan PKI,
karena dia tergabung dalam HMI.
Nah, kesaksian dari seorang Amoroso Katamsi yang saat itu
sudah berusia 27 tahun, pemuda yang berpendidikan baik, cerdas (djaman doeloe
bisa sekolah sampai jadi dokter disaat sebagian besar orang sebangsanya cuma
tamat SD/SMP, tentu tidak sembarangan lho!), seorang aktivis mahasiswa saat
itu, semestinya lebih layak dipercaya
ketimbang kesaksian seseorang yang kala itu masih bocah usia 6 tahun yang cuma
tahu bahwa bapaknya tidak merokok. Tanyalah apa yang disiarkan RRI, pasti dia
tidak tahu. Anak kecil mana mudheng siaran berita serius.
Cerita seorang berpendidikan dokter, asli tidak aspal, yang
sepanjang hidupnya tidak bermasalah soal integritas dirinya, juga lebih layak
untuk dipertimbangkan ketimbang cerita seseorang yang pernah melakukan tindakan
kebohongan.
Dua tahun lalu, September 2015, ketika ramai issu bahwa
negara akan meminta maaf kepada PKI, plus adanya "pengadilan/gugatan"
yang digelar di negeri Belanda, mengadili negara Republik Indonesia, dimana pak
Todung Mulya Lubis dan ibu Nursyahbani Katjasungkana ikut hadir disana, acara
ILC TV One juga mengupas seputar kejadian 30 September 1965.
Saat itu dihadirkan putera puteri jendral korban G30S dan
juga anak tokoh PKI, Putri para jendral yang
hadir saat itu ibu Amelia Yani dan ibu Catherine Pandjaitan.
Putri jendral Ahmad Yani, ibu Amelia Yani bercerita apa yang
dia alami, lihat dan dengar sendiri malam itu. Pak Yani yang dibangunkan oleh
pasukan Tjakra Bhirawa dan diminta segera ikut mereka dengan alasan dipanggil
Paduka Jang Mulia (PJM) Presiden. Pak Yani meminta waktu untuk mandi dulu,
namun tidak diijinkan karena harus cepat.
Akhirnya Pak Yani menawar, setidaknya cuci muka dan ganti
baju, namun anggota Tjakra Bhirawa yang sudah tidak sabar kemudian menembak
Jendral Ahmad Yani dari belakang.
Apa yang diceritakan ibu Amelia Yani sama dengan yang ada
dalam adegan film G30S PKI. Saat itu bu Amelia Yani usianya sudah belasan
tahun. Artinya keterangan beliau cukup bisa dianggap valid.
Putri Jendral DI Pandjaitan, ibu Catherine, juga bercerita
bagaimana beliau menyaksikan sendiri bagaimana proses ayahnya dibunuh dengan
sadis. Saat itu usianya 17-18 tahun, dia melihat dari atas balkon rumahnya,
ketika bapaknya dipukul dengan popor senjata kemudian ditembak tepat di kepala
oleh Tjakra Bhirawa.
Kemudian tubuhnya diseret sampai ke depan rumah. Lalu ketika
di depan pagar rumah, tubuh jendral DI Pandjaitan dilemparkan lewat pagar kemudian
dimasukkan ke dalam truk.
Catherine muda saat itu berusaha mengejar bapaknya yang
diseret, tapi tentu saja tak terkejar.
Dalam keputus-asaan dia histeris dan membasuhkan darah sang ayah ke mukanya sampai ke dada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar